“Layak kah kita menyesali nasib hidup kita?”

on Kamis, 18 Desember 2014


            “Hidup itu seperti kita menaiki wahana roller coaster. Ketika roller coaster itu sudah mulai berputar, maka hanya ada 3 pilihan untuk kita pada saat itu, yaitu pertama berteriak saat roller coaster berputar cepat. Kedua, menikmati perjalanan roller coaster tersebut. Dan yang ketiga, kita loncat dari atas pada saat itu juga”.
            “ Sebelum manusia dilahirkan kedunia ini, atau bahkan sebelum manusia masih berbentuk janin dalam Rahim kandungan. Maka terlebih dahulu manusia akan’rapat’ dengan Tuhan. Membahas tentang nasib hidup yang seperti  apa yang nantinya akan dijalani oleh manusia tersebut.” Tentunya nasib hidup tersebut sudah diputuskan oleh Tuhan dan disepakati oleh manusia itu sendiri.
            Kalimat-kalimat diatas menyampaikan wacana kepada kita bahwa dalam menjalani hidup didunia itu banyak sekali pilihannya. Terserah kita, apakah kita ingin meratapi nasib yang pernah terjadi pada hidup kita? Atau kita bisa menikmati nasib hidup yang telah digariskan tuhan untuk kita? Karena percuma saja jika kita meratapi atau menyesali perihal nasib hidup kita ini, toh pada dasarnya kita sendiri yang memilih dan mensepakatinya dengan tuhan tentang kehidupan yang seperti apa yang inigin kita jalani saat dilahirkan kedunia. Jadi masih adakah diantara kita yang berani bertanya-tanya pada diri kita sendiri,”kenapa hidupku seperti ini?” atau “mengapa takdir hidupku tak seperti mereka?” atau yang lebih ekstrim kita mengatakan , “kenapa tuhan tidak adil kepadaku?” naudzubillahi min dzalik .
Sepertinya tidak layak jika kita berpikiran seperti itu, atau kita menyesali nasib hidup kita. Terlebih tak pantas sekali jika keluar kata-kata bahwa tuhan itu tidak adil terhadap kita. Naudzubillahi min dzalik.
Kecenderungan orang-orang yang menyesali nasib hidupnya biasanya dirasakan ketika orang-orang tersebut memiliki sebuah masalah yang inigin di selesaikan . namun orang –orang tersebut tidak bisa menyelesaikannya dan menganggap orang lain tidak ada yang peduli dengan masalah dan nasib hidupnya. Sehingga pada saat itulah, muncul pikiran-pikiran negative, menyesali takdir hidup, meratapi nsaib dan membuat keadaan orang-orang tersebut dalam zone ground state , yang kondisi kejiawaanya labil.
            Sebetulnya hidup seperti apa yang ingin kita jalani? Pasti sebagian banyak diantara kita kita menjawab, hidup yang ingin kita jalani adalah kehidupan yang nyaman,tenang,menyenangkan, tanpa ada masalah dan beban yang menghampiri dalam takdir hidup kita. Namun keinginan hidup yang seperti itu rasanya mustahil sekali. Sebab kehidupan manusia di dunia itu pasti dilengkapi dengan beberapa masalah yang muncul menimpa kita . berpikir sederhananya seperti ini,  “kalaupun kita tidak ingin punya masalah dalam hidup , maka kita tidak usah hidup lagi”. Disadari ataupun tidak oleh kita,sebetulnya ketika kita menghadapi sebuah masalah dalam nasib hidup kita. Lalu kita dapat mengelola masalah tersebut tanpa memandang itu sebagai sebuah masalah, maka akan terjadi proses peningkatan dalam segi kesabaran, berpikir, kedewasaan,keimanan dan lain-lainnya dalam diri kita. Sehingga kita lebih menikmati nasib dan takdir hidup kita didunia meskipun ada beberapa “kerikil-kerikil kehidupan” yang berupa masalah. Sejatinya , “hidup adalah sebuah proses, dimana proses adalah sebuah perjalanan. Dan  dari perjalanan itulah yang menandakan kita hidup”.
Lalu keluar sebuah pendapat , yang menyatakan bahwa masalah individu yang satu dengan individu yang lainnya  jelas berbeda-beda. Dimana situasinya, ketika orang lain memberikan wejangannya kepada kita agar bisa sabar dan kuat dalam menghadapi masalah. Justru kita akan berpikir kearah yang sebaliknya dan kerap kali berkata dalam hati , “bahwa bicara saja memang mudah”. Tentulah dalam keadaan-keadaan seperti itu, kesensitifan perasaan kita akan semakin tinggi, kita menganggap bahwa orang lain mudah saja mengatakan ini dan itu, lalu menyuruh kita sabar dan kuat. Padahal yang sedang menghadapi masalah itu kita, yang tahu berat atau tidaknya masalah itu pun adalah kita sendiri. Situasi-situasi seperti itu yang sering memunculkan prasangka dalam diri kita bahwa tidak ada orang lain satu pun yang mengerti perasaan dan perduli terhadap masalah yang sedang kita hadapi . meskipun begitu, tetapi percayalah sesungguhnya Tuhan tidak akan memberikan cobaan dan ujian kepada seseorang melebihi batas kemampuan orang tersebut. Artinya seberat apapun hidup yang sedang kita hadapi, pasti kita bisa melewatinya.
            Bicara soal takdir hidup, kaitannya juga dengan untung dan malang. Ada diantara kita yang kondisi kehidupannya beruntung, seperti memiliki materi yang cukup,kedua orang tua yang lengkap, keluarga yang sayang terhadap dirinya,  keadaan fisik yang sempurna, memiliki kecerdasaan berpikir yang membanggakan, dan sebagainya. Serta ada juga diantara kita yang menganggap bahwa takdir hidupnya malang, seperti kekurangan dalam segi materi,kyrang sempurnanya keadaan fisik kita,keluarga yang kurang harmonis, dan lain-lainnya.
Dari perbandingan keunrungan dan kemalangan takdir hidup kita, lagi kita patut berpikir dan merenung kembali tentang apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini?, jawabannya adalah hanya ketenangan . cukup ketenangan yang sesungguhnya kita cari dalam hidup ini. Melihat penjelasan sebelumnya, bahwa ketika orang yang mempunyai masalah lalu ia menganggap masalah tersebut sebagai sebuah masalah yang berat, itu hanya akan menimbulkan beban dalam pikiran dan membuat kondisi kejiwaan menjadi tidak tenang. Yang kita cari dalam hidup ini bukan sekedar melihat dari segi materi. Karena tidak sedikit orang yang berkecukupan materi,tetapi tidak nyaman dalam menjalani takdir hidupnya. Oleh sebab itu, kenyamanan hidup kita dapat terlihat ketika kita sudah menemukan apa yang kita cari dalam hidup ini, yaitu dalam bentuk ketenangan jiwa. Dari ketenangan tersebut , kita bisa lebih mengerti arti cukup tanpa meminta lebih dan meratapi nasib hidup kita terhadap Tuhan.
            Bersyukur,Berusaha, dan Berpikir , ketiga komponen tersebur merupakan salah satu cara agar kita dapat menemukan apa yang kita cari dalam hidup, yaitu sebuah bentuk ketenangan. Artinya ketiga hal itu juga yang merupakan kiat-kiat agar kita tidak gampang meratapi nasib hidup kita. Sering kali kita merasakan bahwa masalah yang sedang kita hadapi sekarang dalam hidup kita adalah sebuah masalah yang sangat berat untuk kita jalani. Padahal belum tentu apa yang akan terjadi dengan kita setelah kita melewati  masalah saat ini, mungkin kedepan aka nada sebuah masalah yang lebih sulit lagi untuk kita hadapi. Belum lagi kita melihat dari segi masalah orang lain. Boleh jadi masalah hidup orang lain justru lebih sulit dari pada masalah yang sedang kita alami. Hal itu menandakan sesungguhnya haruslah kita bersyukut atas keadaan hidup kita,dengan mensyukuri hidup rasanya bisa meminimalisir sikap keluh kesah kita dalam menghadapi masalah. Selanjutnya hubungan antar sesame manusiapun harus kita jalin secara baik, jika ingin menghindari sikap menyesali nasib hidup. Itu tercermin pada kiat berusaha, maksudnya berusahalah untuk terbuka dengan orang lain. Entah itu kepada orang tua,keluarga ataupun teman. Jangan terlalu menutup diri dengan orang-orang terdekat kita,lantaran manusia adalah makhluk social yang perlu berinteraksi. Dari keterbukaan itu, maka akan ada komunikasi yang hangat dan harmonis. Sebab kita akan merasakan berbagi satu sama lain,sehingga kita juga menganggap bahwa banyak orang yang perduli dengan kita. Perlu diingat , salah satu factor pemicu kita untuk menyesali nasib hidup adalah muncul anggapan bahwa tak ada yang peduli dengan masalah dan takdir hidup kita. Jadi berusahalan terbuka , serta jalin komunikasi yang baik dengan orang-orang terdekat kita.
Kiat terakhir adalah mencoba berpikir , jika hidup adalah memang sebuah pilihan yang harus dipilih oleh kita. Maka tentukanlah pilihanmu dengan segera, atau pilihan yang nantinya akan menentukan hidupmu. Kalau sudah begitu,bisa jadi kita yang akan terus dikendalikan oleh keadaan, padahal seharusnya kita lah yang patut mengontrol keadaan.
            Kini saatnya kita berbenah untuk menentukan pilihan hidup kita. Memilih pilihan hidup bukan berarti kita tidak menerima takdir hidup kita. Tepatnya melakukan pilihan , apakah kita ingin terpuruk sedih atau tersenyum senang, ingin menyesali dan meratapi nasib hidup atau menjalani takdir hidup dengan optimism , ingin suka atau duka dan masih banyak pilihan-pilihan hidup yang sedang menunggu untuk kita pilih. Sesungguhnya “hidup hanya satu kali, tetapi jika kita dapat hidup dengan benar tanpa menyesali takdir hidup. Maka hidup satukali pun sudah cukup”

0 komentar:

Posting Komentar