Esay "Motivasi Kerja Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi"

on Rabu, 15 Juni 2016


“Motivasi Kerja Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi”

Tujuan seseorang belajar di perguruan tinggi atau universitas bukan lagi hanya untuk mencari ilmu, akan tetapi setelah lulus dari perguruan tinggi nantinya seseorang tersebut mendapat pekerjaan yang layak sesuai dengan yang diharapkan atau di cita-citakan. Banyak perguruan tinggi ternama, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta dari berbagai jurusan disiplin ilmu yang berlomba-lomba menciptakan peserta didik atau lulusan yang terbaik dan siap bersaing di dunia pekerjaan nantinya, karena tidak dapat dipungkiri lapangan pekerjaan saat ini sangat minim jika dibandingan dengan jumlah pencari kerja.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) RI, tingkat penggangguran terbuka (TPT) pada tarikh Februari 2013 mencapai 5,29% di mana jumlah pengangguran terbuka sebanyak 7.170.523 orang dengan latar belakang pendidikan dari universitas hingga yang tidak/ belum pernah sekolah. Ini sungguh mencengangkan sebab tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang memadai. Terlebih lagi pengembangan kawasan bisnis, niaga, dan pemerintahan terpusat di pulau Jawa saja khususnya di provinsi DKI Jakarta. Mau tidak mau, pencari kerja harus betul-betul membekali diri dengan ilmu teori dan praktik secara mendalam dan memiliki ketekunan dalam berusaha. Lain halnya dengan lulusan yang berpotensi sebagai pencipta lapangan kerja. Rendahnya lowongan kerja dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja  menjadi salah satu  penyebab semakin besarnya jumlah pengangguran. Padahal  tiap tahunnya banyak sekali lulusan sarjana. Hal ini jelas membuat kompetisi kerja semakin tinggi, apalagi ditambah dengan adanya perdagangan bebas, yang diikuti dengan  derasnya mobilisasi   pekerja-pekerja asing, seperti dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan lain-lain. Seperti contohnya adalah saat ini banyak perusahaan-perusahaan kontraktor lebih percaya kepada konsultan asing  seperti dari Jepang , Filipina, dan lainnya. Jadi kita tidak hanya bersaing dengan lulusan dalam negeri saja, tetapi juga dari luar negeri.
Untuk menghadapinya, selain dengan meningkatkan potensi diri  dengan penguasaan beberapa keterampilan seperti keterampilan berbahasa asing dan penguasaan teknologi seperti  komputer.  Kita juga dituntut untuk pandai-pandai  dalam memilih bidang yang memiliki prospek baik ke depan. Salah satu pilihan itu adalah Akuntansi. Ditengah krisis moneter yang membuat lesunya perekonomian, jasa akuntan tak kunjung henti dibutuhkan. Malah  ketika reformasi bergulir, dan masyarakat menuntut transparansi dari pemerintah maupun sektor swasta, jasa akuntan semakin dibutuhkan. Prospek kerja yang cukup menjanjikan dari bidang akuntansi ini menjadikan Jurusan Akuntansi  menjadi  salah satu jurusan favorit di berbagai Universitas dan Perguruan Tinggi.
v Sumber:
Berita online: (Kompasiana.com 2013)

Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional

Nama        : S. Hosey Rosalina
Dosen       : Jessica Barus, S.E., Mmsi.

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI

Analisis Jurnal 3



Analisis Jurnal: 3
Topik/Tema                             : Standar Akuntansi Keuangan
Judul                                       : “Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia”
Nama Penulis/Peneliti             : Ferry Danu Prasetya
Ringkasan                               :

Tujuan akuntansi dan laporan keuangan pada dasarnya untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan suatu keputusan ekonomi. Untuk itu dibutuhkan suatu Standar Akuntansi Keuangan yang baik dan dapat dimengerti oleh berbagai pihak pengguna laporan keuangan.Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar tahun 1642.Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangansebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda merupakan organisasi komersial utama yang memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus, 1997). Era globalisasi sejalan dengan program harmonisasi Standar Akuntansi International yang diprakasai oleh International Accounting Standards Committee (IASC).Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional ke dalam Standar Akuntansi Domestik bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item–item pengungkapan akan semakin tinggi, sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban perusahaan. Konvergensi IFRS terhadap PSAK akan menyebabkan PSAK yang tadinya bersifat Ruled–Based menjadi bersifat Principle–Based. Compliance terhadap IFRS menyebabkan laporan keuangan perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas SAK. Selain itu, program konvergensi juga bermanfaat untuk mengurangi biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban penyusunan laporan keuangan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan Laporan Keuangan, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan, dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Di sisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS. Standar akuntansi tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan kondisi hukum, sosial dan ekonomi suatu negara.Dan adanya era globalisasi dan semakin aktifnya pasar modal di Indonesia menyebabkan Prinsip Akuntansi Indonesia yang berlaku umum tidak dapat lagi menampung dan menjawab permasalahan yang timbul dalam praktik.Ikatan Akuntan Indonesia memutuskan untuk mengadopsi penuh International Accounting Standards sebagai dasar acuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan perdagangan antar negara dan munculnya perusahaan–perusahaan multinasional. Salah satu usaha harmonisasi standar akuntansi, yaitu dengan membuat perbedaaan–perbedaan antar standar akuntansi di berbagai negara menjadi semakin kecil, sehingga standar akuntansi antar negara tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

>>Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol.1, No.4. Juli 2012. Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis Unika Widya Mandala Surabaya.<<

Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional

Nama        : S. Hosey Rosalina
Dosen       : Jessica Barus, S.E., Mmsi.

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI

Analisis Jurnal 2



Analisis Jurnal: 2
Topik/Tema                             : IFRS (International Financial Reporting Standards)
Judul                                       :“Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standards Terhadap Nilai Relevan Informasi Akuntansi”
Nama Penulis/Peneliti             : Siti Suprihatin dan Elok Tresnaningsih
Ringkasan                               :

Konvergensi PSAK dengan IFRS/IAS merupakan salah satu komitmen dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International Federation of  Accountants (IFAC). Diharapkan konvergensi PSAK ke dalam IFRS akan meningkatkan fungsi pasar modal global dengan menyediakan informasi yang lebih dapat diperbandingkan dan berkualitas tinggi kepada investor (Barth 2008). Selain itu IFRS menjanjikan tersedianya informasi keuangan yang lebih akurat, komprehensif dan tepat waktu dibandingkan standar akuntansi nasional yang banyak dipengaruhi oleh hukum negara, politik dan perpajakan di negara tersebut (Ball 2006).  Indonesia mulai melaksanakan konver-gensi International Financial Reporting Standards (IFRS) terhadap Standar Akuntansi Keuangan pada tahun 2008. Konvergensi ini dilakukan secara bertahap dengan target pertama penerapan IFRS dapat diselesaikan pada tahun 2012. Penerapan IFRS di Indonesia ini lebih lambat dibandingkan negara-negara di Uni Eropa yang telah mengharuskan perusahaan untuk menerapkan IFRS secara penuh mulai 1 Januari 2005. Sementara itu, Australia telah menerapkan IFRS secara lebih awal lagi yaitu pada tahun 2002. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 hingga 2011, diluar perusahaan yang bergerak dalam industri keuangan, properti, real estate dan konstruksi. Hasil proses pemilihan sampel, memperoleh sampel sejumlah 107 perusahaan per tahun, sehingga diperoleh 642 observasi. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini digunakan 2 model regresi, yaitu model penelitian (1) dan model penelitian (2). Model penelitian (1) digunakan untuk menguji hipotesis H1A dan H1B bahwa penerapan IFRS telah memperkuat hubungan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas dan laba perusahaan pada tahap awal penerapan IFRS. Model penelitian (2) digunakan untuk menguji hipotesis H2A dan H2B, bahwa penerapan IFRS akan memperkuat hubungan antara harga saham dengan nilai buku dan laba perusahaan pada tahap lanjut penerapan IFRS. Hasil Model (1), variabel moderasi POST*BVPS berkoefisien negatif dan tidak signifikan. Hasil Model 2 pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa variabel moderasi POST*BVPS ber-koefisien positif dan signifikan pada α=1%. Penerapan IFRS pada tahap awal tidak terbukti meningkatkan relevansi nilai dari nilai buku ekuitas terhadap harga saham, dibandingkan dengan sebelum penerapan IFRS. Hal ini mungkin disebabkan masih sangat terbatasnya PSAK berbasis IAS/IFRS yang berlaku efektif dalam periode ini, sehingga investor menilai belum ada peningkatan kualitas angka nilai buku ekuitas dalam laporan keuangan. Penerapan IFRS pada tahap awal terbukti meningkatkan relevansi nilai dari laba terhadap harga saham, dibandingkan dengan tahap sebelum penerapan IFRS. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun pada tahap awal PSAK berbasis IAS/IFRS yang diberlakukan masih sangat ter-batas, namun investor menilai telah ada peningkatan kualitas laba yang disajikan dalam laporan keuangan. Penerapan IFRS pada tahap lanjut terbukti meningkatkan relevansi nilai buku ekuitas dan laba terhadap harga saham. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberlakuan lebih banyak PSAK ber-basis IFRS telah dipersepsikan oleh investor sebagai adanya peningkatan kualitas laporan keuangan, khususnya kualitas angka nilai buku ekuitas dan angka laba.

>>Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.10. No.2. Desember 2013-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.<<

Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional

Nama        : S. Hosey Rosalina
Dosen       : Jessica Barus, S.E., Mmsi.

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI

Analisis Jurnal 1



Analisis Jurnal: 1
Topik/Tema                             : Manajemen Akuntasi
Judul                                       : “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Manajemen Risiko dan Manajemen Modal Kerja Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Listing di BEI Tahun 2010-2013”
Nama Penulis/Peneliti             : Dwian Wahyu Prabawa dan Fitri Lukiastuti
Ringkasan                               :
Kondisi perekonomian Indonesia yang menunjukkan kestabilan membuat tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi semakin membaik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang diikuti dengan tingkat daya beli masyarakat (BPS, 2014). Meningkatnya kesejahteraan masyarakat berpengaruh terhadap pola kehidupan, termasuk dalam hal investasi. Masyarakat telah menyadari pentingnya melakukan investasi untuk masa depan yang lebih baik. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen yang berupa return saham. Sedangkan variabel independennya adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan diproksi oleh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI), Current Ratio (CR), dan Total Assets Turn Over (TATO). Market Risk diproksikan dengan interest rate dan Manajemen Modal Kerja dengan menggunakan proksi Cash Conversion Cycle (CCC). Sedangkan variabel dependen atau variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yang dipengaruhi oleh variabel independen adalah return saham. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013. Penelitian ini akan menggunakan 8 perusahaan telekomunikasi dari tahun 2010 sampai tahun 2013 sebagai sampel sehingga diperoleh 32 data. Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 19.0 for windows. Data sekunder yang telah dikumpulkan, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Dari hasil penelitian DER terhadap Return Saham diperoleh koefisien regresi sebesar -0,403 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009. Karena nilai signifikansinya jauh lebih kecil dari 2,5% atau 0,025, maka hipotesis pertama dapat diterima yang berarti ada pengaruh antara variabel DER terhadap return saham perusahaan telekomunikasi. Dari hasil penelitian ROI terhadap Return Saham diperoleh koefisien regresi sebesar 0,450 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006. Karena nilai signifikansinya jauh lebih kecil dari 2,5% atau 0,025, maka hipotesis kedua dapat diterima yang berarti ada pengaruh antara variabel ROI terhadap return saham perusahaan telekomunikasi. Dari hasil penelitian CR terhadap Return Saham  diperoleh koefisien regresi sebesar -0,125 dengan nilai signifikansi sebesar 0,403. Karena nilai signifikansinya jauh lebih besar dari 2,5% atau 0,025, maka hipotesis ketiga tidak dapat diterima yang berarti CR tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan telekomunikasi. Dari hasil penelitian TATO terhadap return saham diperoleh koefisien regresi sebesar -0,344 dengan nilai signifikansi sebesar 0,025. Karena nilai signifikansinya sama dengan 2,5% atau 0,025, maka hipotesis keempat dapat diterima yang berarti ada pengaruh antara variabel TATO terhadap return saham perusahaan telekomunikasi. Dari hasil penelitian IR terhadap return saham diperoleh koefisien regresi sebesar 0,311 dengan nilai signifikansi sebesar 0,047. Karena nilai signifikansinya jauh lebih besar dari 2,5% atau 0,025 maka hipotesis kelima tidak dapat diterima yang berarti interest rate tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan telekomunikasi. Dari hasil penelitian CCC terhadap return saham diperoleh koefisien regresi sebesar 0,004 dengan nilai signifikansi sebesar 0,977. Karena nilai signifikansinya jauh lebih besar dari 2,5% atau 0,025, maka hipotesis keenam tidak dapat diterima yang berarti CCC tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan telekomunikasi. Dari nilai koefisien regresi Debt to Equity Ratio atau DER yang negatif menunjukkan bahwa total modal yang dibandingkan dengan total hutang yang dimiliki perusahaan telekomunikasi jumlahnya lebih besar. Nilai koefisien regresi Return on Investment atau ROI yang positif menunjukkan bahwa laba bersih setelah bunga dan pajak atau EAT yang dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan telekomunikasi jumlahnya lebih besar. Nilai koefisien regresi Current Ratio atau CR yang negatif menunjukkan bahwa aktiva lancar (current assets) dibandingkan dengan hutang lancar (current liabilities) yang dimiliki perusahaan telekomunikasi jumlahnya lebih kecil sehingga hasil rasionya negatif. Nilai koefisien regresi Total Asset Turn Over atau TATO yang negatif menunjukkan bahwa penjualan atau sales yang dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan telekomunikasi jumlahnya lebih kecil. Nilai koefisien regresi Total Asset Turn Over atau TATO yang negatif menunjukkan bahwa penjualan atau sales yang dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan telekomunikasi jumlahnya lebih kecil. Nilai koefisien regresi interest rate atau ir yang positif menunjukkan bahwa kondisi perekonomian di Indonesia kurang baik. Nilai koefisien regresi Cash Conversion Cycle atau CCC yang positif menunjukkan perputaran hari penjualan atau DSO yang dibandingkan dengan perputaran hari hutang yang dimiliki perusahaan telekomunikasi jumlahnya lebih besar.

>>Jurnal Manajemen Indonesia. Vol.15-No.1 April 2015-STIE Bank BPD Jateng.<<


Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional

Nama        : S. Hosey Rosalina
Dosen       : Jessica Barus, S.E., Mmsi.

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI