“Hidup itu seperti kita menaiki wahana roller coaster. Ketika roller coaster itu sudah mulai berputar,
maka hanya ada 3 pilihan untuk kita pada saat itu, yaitu pertama berteriak saat
roller coaster berputar cepat. Kedua,
menikmati perjalanan roller coaster
tersebut. Dan yang ketiga, kita loncat dari atas pada saat itu juga”.
“ Sebelum manusia dilahirkan kedunia ini, atau bahkan
sebelum manusia masih berbentuk janin dalam Rahim kandungan. Maka terlebih
dahulu manusia akan’rapat’ dengan Tuhan. Membahas tentang nasib hidup yang
seperti apa yang nantinya akan dijalani
oleh manusia tersebut.” Tentunya nasib hidup tersebut sudah diputuskan oleh
Tuhan dan disepakati oleh manusia itu sendiri.
Kalimat-kalimat diatas menyampaikan wacana kepada kita
bahwa dalam menjalani hidup didunia itu banyak sekali pilihannya. Terserah
kita, apakah kita ingin meratapi nasib yang pernah terjadi pada hidup kita?
Atau kita bisa menikmati nasib hidup yang telah digariskan tuhan untuk kita?
Karena percuma saja jika kita meratapi atau menyesali perihal nasib hidup kita
ini, toh pada dasarnya kita sendiri yang memilih dan mensepakatinya dengan
tuhan tentang kehidupan yang seperti apa yang inigin kita jalani saat
dilahirkan kedunia. Jadi masih adakah diantara kita yang berani bertanya-tanya
pada diri kita sendiri,”kenapa hidupku seperti ini?” atau “mengapa takdir
hidupku tak seperti mereka?” atau yang lebih ekstrim kita mengatakan , “kenapa
tuhan tidak adil kepadaku?” naudzubillahi
min dzalik .
Sepertinya tidak layak
jika kita berpikiran seperti itu, atau kita menyesali nasib hidup kita.
Terlebih tak pantas sekali jika keluar kata-kata bahwa tuhan itu tidak adil
terhadap kita. Naudzubillahi min dzalik.
Kecenderungan
orang-orang yang menyesali nasib hidupnya biasanya dirasakan ketika orang-orang
tersebut memiliki sebuah masalah yang inigin di selesaikan . namun orang –orang
tersebut tidak bisa menyelesaikannya dan menganggap orang lain tidak ada yang
peduli dengan masalah dan nasib hidupnya. Sehingga pada saat itulah, muncul
pikiran-pikiran negative, menyesali takdir hidup, meratapi nsaib dan membuat
keadaan orang-orang tersebut dalam zone
ground state , yang kondisi kejiawaanya labil.
Sebetulnya hidup seperti apa yang ingin kita jalani?
Pasti sebagian banyak diantara kita kita menjawab, hidup yang ingin kita jalani
adalah kehidupan yang nyaman,tenang,menyenangkan, tanpa ada masalah dan beban
yang menghampiri dalam takdir hidup kita. Namun keinginan hidup yang seperti
itu rasanya mustahil sekali. Sebab kehidupan manusia di dunia itu pasti
dilengkapi dengan beberapa masalah yang muncul menimpa kita . berpikir
sederhananya seperti ini, “kalaupun kita
tidak ingin punya masalah dalam hidup , maka kita tidak usah hidup lagi”.
Disadari ataupun tidak oleh kita,sebetulnya ketika kita menghadapi sebuah
masalah dalam nasib hidup kita. Lalu kita dapat mengelola masalah tersebut
tanpa memandang itu sebagai sebuah masalah, maka akan terjadi proses
peningkatan dalam segi kesabaran, berpikir, kedewasaan,keimanan dan
lain-lainnya dalam diri kita. Sehingga kita lebih menikmati nasib dan takdir
hidup kita didunia meskipun ada beberapa “kerikil-kerikil kehidupan” yang
berupa masalah. Sejatinya , “hidup adalah sebuah proses, dimana proses adalah
sebuah perjalanan. Dan dari perjalanan
itulah yang menandakan kita hidup”.
Lalu keluar sebuah
pendapat , yang menyatakan bahwa masalah individu yang satu dengan individu
yang lainnya jelas berbeda-beda. Dimana
situasinya, ketika orang lain memberikan wejangannya kepada kita agar bisa
sabar dan kuat dalam menghadapi masalah. Justru kita akan berpikir kearah yang
sebaliknya dan kerap kali berkata dalam hati , “bahwa bicara saja memang
mudah”. Tentulah dalam keadaan-keadaan seperti itu, kesensitifan perasaan kita
akan semakin tinggi, kita menganggap bahwa orang lain mudah saja mengatakan ini
dan itu, lalu menyuruh kita sabar dan kuat. Padahal yang sedang menghadapi
masalah itu kita, yang tahu berat atau tidaknya masalah itu pun adalah kita
sendiri. Situasi-situasi seperti itu yang sering memunculkan prasangka dalam
diri kita bahwa tidak ada orang lain satu pun yang mengerti perasaan dan
perduli terhadap masalah yang sedang kita hadapi . meskipun begitu, tetapi
percayalah sesungguhnya Tuhan tidak akan memberikan cobaan dan ujian kepada
seseorang melebihi batas kemampuan orang tersebut. Artinya seberat apapun hidup
yang sedang kita hadapi, pasti kita bisa melewatinya.
Bicara soal takdir hidup, kaitannya juga dengan untung
dan malang. Ada diantara kita yang kondisi kehidupannya beruntung, seperti
memiliki materi yang cukup,kedua orang tua yang lengkap, keluarga yang sayang
terhadap dirinya, keadaan fisik yang
sempurna, memiliki kecerdasaan berpikir yang membanggakan, dan sebagainya.
Serta ada juga diantara kita yang menganggap bahwa takdir hidupnya malang,
seperti kekurangan dalam segi materi,kyrang sempurnanya keadaan fisik
kita,keluarga yang kurang harmonis, dan lain-lainnya.
Dari perbandingan
keunrungan dan kemalangan takdir hidup kita, lagi kita patut berpikir dan merenung
kembali tentang apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini?, jawabannya
adalah hanya ketenangan . cukup
ketenangan yang sesungguhnya kita cari dalam hidup ini. Melihat penjelasan
sebelumnya, bahwa ketika orang yang mempunyai masalah lalu ia menganggap
masalah tersebut sebagai sebuah masalah yang berat, itu hanya akan menimbulkan
beban dalam pikiran dan membuat kondisi kejiwaan menjadi tidak tenang. Yang
kita cari dalam hidup ini bukan sekedar melihat dari segi materi. Karena tidak
sedikit orang yang berkecukupan materi,tetapi tidak nyaman dalam menjalani
takdir hidupnya. Oleh sebab itu, kenyamanan hidup kita dapat terlihat ketika
kita sudah menemukan apa yang kita cari dalam hidup ini, yaitu dalam bentuk
ketenangan jiwa. Dari ketenangan tersebut , kita bisa lebih mengerti arti cukup
tanpa meminta lebih dan meratapi nasib hidup kita terhadap Tuhan.
Bersyukur,Berusaha, dan Berpikir , ketiga komponen
tersebur merupakan salah satu cara agar kita dapat menemukan apa yang kita cari
dalam hidup, yaitu sebuah bentuk ketenangan. Artinya ketiga hal itu juga yang
merupakan kiat-kiat agar kita tidak gampang meratapi nasib hidup kita. Sering
kali kita merasakan bahwa masalah yang sedang kita hadapi sekarang dalam hidup
kita adalah sebuah masalah yang sangat berat untuk kita jalani. Padahal belum
tentu apa yang akan terjadi dengan kita setelah kita melewati masalah saat ini, mungkin kedepan aka nada
sebuah masalah yang lebih sulit lagi untuk kita hadapi. Belum lagi kita melihat
dari segi masalah orang lain. Boleh jadi masalah hidup orang lain justru lebih
sulit dari pada masalah yang sedang kita alami. Hal itu menandakan sesungguhnya
haruslah kita bersyukut atas keadaan hidup kita,dengan mensyukuri hidup rasanya
bisa meminimalisir sikap keluh kesah kita dalam menghadapi masalah. Selanjutnya
hubungan antar sesame manusiapun harus kita jalin secara baik, jika ingin
menghindari sikap menyesali nasib hidup. Itu tercermin pada kiat berusaha, maksudnya berusahalah untuk
terbuka dengan orang lain. Entah itu kepada orang tua,keluarga ataupun teman.
Jangan terlalu menutup diri dengan orang-orang terdekat kita,lantaran manusia
adalah makhluk social yang perlu berinteraksi. Dari keterbukaan itu, maka akan
ada komunikasi yang hangat dan harmonis. Sebab kita akan merasakan berbagi satu
sama lain,sehingga kita juga menganggap bahwa banyak orang yang perduli dengan
kita. Perlu diingat , salah satu factor pemicu kita untuk menyesali nasib hidup
adalah muncul anggapan bahwa tak ada yang peduli dengan masalah dan takdir
hidup kita. Jadi berusahalan terbuka , serta jalin komunikasi yang baik dengan
orang-orang terdekat kita.
Kiat terakhir adalah
mencoba berpikir , jika hidup adalah
memang sebuah pilihan yang harus dipilih oleh kita. Maka tentukanlah pilihanmu
dengan segera, atau pilihan yang nantinya akan menentukan hidupmu. Kalau sudah
begitu,bisa jadi kita yang akan terus dikendalikan oleh keadaan, padahal
seharusnya kita lah yang patut mengontrol keadaan.
Kini saatnya kita berbenah untuk menentukan pilihan hidup
kita. Memilih pilihan hidup bukan berarti kita tidak menerima takdir hidup
kita. Tepatnya melakukan pilihan , apakah kita ingin terpuruk sedih atau
tersenyum senang, ingin menyesali dan meratapi nasib hidup atau menjalani
takdir hidup dengan optimism , ingin suka atau duka dan masih banyak
pilihan-pilihan hidup yang sedang menunggu untuk kita pilih. Sesungguhnya “hidup hanya satu kali, tetapi jika kita
dapat hidup dengan benar tanpa menyesali takdir hidup. Maka hidup satukali pun
sudah cukup”
0 komentar:
Posting Komentar